skip to main |
skip to sidebar
Maroon5-Daylight
Here I am waiting, I'll have to leave soonWhy am I holding on?We knew this
day would come, we knew it all alongHow did it come so fast?
This is our last night but it's lateAnd I'm trying not to sleepCause I know,
when I wake, I will have to slip away
And when the daylight comes I'll have to goBut tonight I'm gonna hold you so
closeCause in the daylight we'll be on our ownBut tonight I need to hold you so
close
Oh-woah, oh-woah, oh-woahOh-woah, oh-woah, oh-woah
Here I am staring at your perfectionIn my arms, so beautifulThe sky is getting
bright, the stars are burning outSomebody slow it down
This is way too hard, cause I knowWhen the sun comes up, I will leaveThis is my
latest glance that will soon be memory
And when the daylight comes I'll have to goBut tonight I'm gonna hold you so
closeCause in the daylight we'll be on our ownBut tonight I need to hold you so
close
Oh-woah, oh-woah, oh-woahOh-woah, oh-woah, oh-woah
I never wanted to stop because I don't wanna start all over, start all over,I
was afraid of the dark but now it's all that I want, all that I want, all that
I want
And when the daylight comes I'll have to goBut tonight I'm gonna hold you so
closeCause in the daylight we'll be on our ownBut tonight I need to hold you so
close
And when the daylight comes I'll have to goBut tonight I'm gonna hold you so
closeCause in the daylight we'll be on our ownBut tonight I need to hold you so
close
Oh-woah, oh-woah, oh-woahOh-woah, oh-woah, oh-woahOh-woah (yeah), oh-woah
(yeah), oh-woah (yeah)Oh-woah (yeah), oh-woah (yeah), oh-woah!
Ibu.....
Ini adalah cerita sedih
tentang Ibu yang mungkin dapat menjadi inspirasi bagi kita yang membacanya agar
senantiasa menyayangi Ibu yang sejauh ini telah bersusah payah untuk
membesarkan kita. Cerita sedih tentang Ibu ini aslinya berjudul pengorbanan
seorang Ibu yang saya peroleh dari situs cerpen.web.id.
Berikut adalah cerita sedih tentang ibu selengkapnya, semoga teman-teman merasa
terhibur sekaligus mendapatkan inspirasi dengan kehadiran cerita ini. Selamat
membaca...
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun,
sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah.
Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo,
karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat
penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak
tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas
perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi
yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri
yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia
diusir dari rumah orang tuanya.
Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk
membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang
mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari
siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi
haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang
didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia
berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk
putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.
Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus
menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia
bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari
4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan
Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan
semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang
tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa
pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di
samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau
membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia
bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah
mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas
pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan
terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin
sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah
menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi
ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin
mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali,
bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah
dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering
sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan
memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus
bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama
hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak
dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia
masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah
kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai
babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon
suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun
hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan
kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di
gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya
yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari
putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu
hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia
merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai
seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong
cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah
putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia
melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.
Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja
disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan
sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut.
Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah
dikabulkan.
Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya
sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak
darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil
menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau
mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada
putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia
sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui
siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa
bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia
ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah
jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri
kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung
untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan
bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi
ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa
ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia
meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali
lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah
kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan
lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah
lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan
diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi
yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak
rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm
keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di
mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ?
Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor:
"Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah
kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang
rumah!"
"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah
Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir
kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan
sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.
"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau
datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan
putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir
ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.
Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam
telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam
teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di
depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"
Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya
yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa
mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya
24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak
ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang
Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini
sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa
kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya
pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari
lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon
saja kita tidak punya waktu.
Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit
waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun
hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita
terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan
kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih
kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan
bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa
melihatnya lagi.